GALAKSI BIMA SAKTI
(Matahari – Bulan – Bumi – Lapisan Bumi)
Dalam ilmu astronomi galaksi diartikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari bintang-bintang, gas dan debu yang amat luas, dimana anggotanya mempunyai gaya tarik menarik (gravitasi). Matahari bersama-sama tujuh buah planet dan bumi yang mengitarinya merupakan anggota dari sebuah galaksi yang diberi nama Galaksi Bima Sakti (Milky Way).
Milky Way atau tata surya kita termasuk galaksi spiral dan berbentuk seperti cakram, garis tengahnya kira-kira 100.000 tahun cahaya (30.600 pc). Bintang yang lebih tua ditemukan di pusat tonjolan dengan ketebalan 20.000 tahun cahaya (6.100 pc). Bintang yang lebih muda ditemukan di lengan spiral. Pusat galaksi berada dalam gugusan bintang sagitarius. Kutub utaranya di Coma Berenices, Kutub selatanya di Sculptor. Matahari ada di sudut dalam lengan spiral Carina Cygnus kira-kira 32.000 tahun cahaya (9.800 pc) dari pusat galaksi. Diperkirakan galaksi berumur 12-14 biliun tahun dan terdiri dari 100 biliun bintang.
Matahari terletak sekitar 30.000 tahun cahaya dari pusat Bima Sakti. Matahari bukanlah bintang yang istimewa, tetapi hanyalah salah satu dari 200 milyar buah bintang anggota Bima Sakti. Bintang-bintang anggota Bima Sakti ini tersebar dengan jarak dari satu bintang ke bintang lain berkisar 4 sampai 10 tahun cahaya. Bintang terdekat dengan matahari adalah Proxima Centauri (anggota dari sistem tiga bintang : Alpha Centuri), yang berjarak 4,23 tahun cahaya. Semakin ke arah pusat galaksi, jarak antar bintang semakin dekat, atau dengan kata lain kerapatan galaksi ke arah pusat semakin besar.
PASAL 1, PUSAT TATA SURYA (MATAHARI)
Tata surya (Bahasa Inggris: solar system) terdiri dari sebuah bintang yang disebut matahari dan semua objek yang yang mengelilinginya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, meteor, asteroid, komet, planet-planet kerdil atau katai, dan satelit-satelit alami.
Tata surya dipercaya terbentuk semenjak 4,6 milyar tahun yang lalu dan merupakan hasil penggumpalan gas dan debu di angkasa yang membentuk matahari dan kemudian planet-planet yang mengelilinginya.
Tata surya terletak di tepi galaksi Bima Sakti dengan jarak sekitar 2,6 x 1017 km dari pusat galaksi, atau sekitar 25.000 hingga 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi. Tata surya mengelilingi pusat galaksi Bima Sakti dengan kecepatan 220 km/detik, dan dibutuhkan waktu 225–250 juta tahun untuk untuk sekali mengelilingi pusat galaksi. Dengan umur tata surya yang sekitar 4,6 milyar tahun, berarti tata surya kita telah mengelilingi pusat galaksi sebanyak 20–25 kali dari semenjak terbentuk.
Tata surya dikekalkan oleh pengaruh gaya gravitasi matahari dan sistem yang setara tata surya, yang mempunyai garis pusat setahun kecepatan cahaya, ditandai adanya taburan komet yang disebut awan Oort. Selain itu juga terdapat awan Oort berbentuk piring di bagian dalam tata surya yang dikenali sebagai awan Oort dalam.
Disebabkan oleh orbit planet yang membujur, jarak dan kedudukan planet berbanding kedudukan matahari berubah mengikut kedudukan planet di orbit.
Asal Usul Tata Surya: Banyak hipotesis tentang asal usul tata surya telah dikemukakan para ahli, diantaranya:
*
Hipotesis Nebula: Pertama kali dikemukakan oleh Immanuel Kant (1727-1804) pada tahun 1775. Kemudian hipotesis ini disempurnakan oleh Pierre Marquis de Laplace pada tahun 1796. Oleh karena itu, hipotesis ini lebih dikenal dengan Hipotesis nebula Kant-Laplace. Pada tahap awal tata surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula. Unsur gas sebagian besar berupa hidrogen. Karena gaya gravitasi yang dimilikinya, kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu. Akibatnya, suhu kabut memanas dan akhirnya menjadi bintang raksasa yang disebut matahari. Matahari raksasa terus menyusut dan perputarannya semakin cepat. Selanjutnya cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam. Dengan cara yang sama, planet luar juga terbentuk.
*
Hipotesis Planetisimal: Pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlain dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa tata surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang hampir menabrak matahari.
*
Hipotesis Pasang Surut Bintang: Pertama kali dikemukakan oleh James Jean dan Herold Jaffries pada tahun 1917. Hipotesis pasang surut bintang sangat mirip dengan hipotesis planetisimal. Namun perbedaannya terletak pada jumlah awalnya matahari.
*
Hipotesis Kondensasi: Mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
*
Hipotesis Bintang Kembar: Awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya tata surya kita berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil.
Matahari dan Sinarnya:
Informasi di atas dirangkum dari sumber Wikipedia berbahasa Indonesia dan berbagai sumber lain terpisah-pisah. Adapun hubungannya dengan tema kajian kita ayat ke-1 dari surah Asy-Syams: “Demi matahari dan sinarnya di pagi hari”. Setiap hari matahari selalu mengeluarkan sinarnya, tetapi yang istimewa dan menggugah perhatian dari ayat ini adanya sumpah Allah di khususkan pada matahari di pagi hari.
Kalimat “Matahari dan Bulan” disebutkan secara beruntun, yaitu matahari mendahului bulan, pada 17 ayat, diantaranya satu ayat menyebutkan dengan istilah “Siraj” (Pelita), yaitu ayat ke-16 surah Nuh, di ayat ini pula sebutan bulan mendahului matahari dengan tidak langsung.
Matahari di sebutkan tersendiri (tanpa bulan) di 13 ayat, diantaranya dengan sebutan “Siraj”, dan Bulan di sebutkan terpisah dari matahari di 8 ayat, diantaranya 1 ayat menyebutkan sebagai “Ahillah” (Bulan Sabit), yaitu pada ayat ke-189 surah Al Baqarah.
Dalam buku (Planet Bumi) terbitan Majalah Life Science, terjemahannya : «Betapapun kemajuan yang telah dicapai oleh para ilmuawan dalam bidang astronomi, tetapi mereka belum mampu mengungkap banyak tentang bintang istimewa yang di sebut Matahari ini. Hingga awal abad ke-19 pengetahuan tentang matahari tidak mengalami kemajuan berarti dari pengetahuan manusia purba – pra sejarah.
William Harsell, ilmuawan Jerman penemu (Uranos), menulis bahwa matahari merupakan suatu benda yang sangat keras kokoh diselimuti lapisan awan yang mengandung cahaya, sedangkan daerah-daerah basah disekitarnya dihuni oleh makhluk-makhluk yang telah beradaptasi dengan kondisi bima sakti nan luas ini».
Adapun Al Qur’an lebih dari 14 abad lalu telah menyifatkan matahari sebagai pelita terang yang sangat panas. Dapat dipastikan bahwa tidak mungkin ada kehidupan diatas permukaan benda yang sangat panas ini. Dalam bahasa Al Qur’an : «Wa ja’alna sirajan wahhajan» (Q.S : 3/ 13) (Kami telah menciptakan matahari sebagai pijar yang sangat panas), pada ayat yang lain : «Dia-la (Allah) yang telah menciptakan matari bersinar» (Q.S : Yunus : 5).
Dari dua ayat di atas dan masih banyak ayat serupa di dalam Al Qur’an, kita dapat memulai bertanya: Dari mana gerangan Nabi Muhammad SAW mengadopsi ilmu astronomi dan Fisika Nuklir secanggih ini? Mungkikah dari kitab-kitab kuno? Sedangkan ilmu pengetahuan kuno dan kontemporer pun belum mencapai ketahap tersebut kecuali baru belakangan ini yaitu pada abad ke-19. Nah, bukankah Pencipta matahari sendiri (Allah) yang telah bersumpah dengan matahari dan matinya serta menghubungkan objek sumpah tersebut dengan kebenaran ucapan Nabi Muhammad SAW yang telah mewahyukannya dengan ilmu tersebut melalui pembawa wahyu Jibril a.s: «Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidaklah sesat dan tidak pula keliru, dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya, Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)” (Q.S : An-najm: 1-5).
Baru setelah abad ke-20, dengan kemajuan pesat dibidang sains terutama ilmu kimia dan fisika nuklir manusia sudah mulai menyadari sedikit demi sedikit tentang matahari dan kegunaannya yang sangat vital terhadap kehidupan di bumi, serta pengaruhnya yang tidak pernah dibayangkan oleh siapa-pun sebelumnya dengan mampaat sedemikian dahsyat ini.
Adapun proses kimiawi yang menjadikan matahari sebagai «sirajan wahhajan (Q.S : 3/ 13)» (pelita yang amat panas) masih sangat relatif, dapat disimpulkan : Pada abad ke-20, dari kajian-kajian ilmuawan seperti Helmholz, Einstein, Eddington (1920) dan Beth, disimpulkan secara ilmiyah bahwa matahari merupakan suatu atom yang sangat dahsyat, panas di pusatnya mencapai 15.000.000 C°, sedangkan bagian sisinya mencapai 6000 C°.
Matahari terdiri dari inti dan tiga lapisan kulit, masing-masing fotosfer, kromosfer dan korona. Untuk terus bersinar, matahari, yang terdiri dari gas panas menukar zat hidrogen dengan zat helium melalui reaksi fusi nuklir pada kadar 600 juta ton, dengan itu kehilangan empat juta ton massa setiap saat.
Sinar Matahari Pagi:
Allah SWT secara khusus bersumpah demi matahari dan sinarnya di waktu pagi pada ayat di atas. Kajiannya secara sederhana saja seperti dibawah dapat memberikan pencerahan ilmiyah bagi seorang mu’min betapa sinar matahari merupakan anugerah yang sangat berharga telah diberikan oleh Alleh kepada manusia:
Tanpa sinar matahari tiada ada kehidupan diatas permukaan bumi, dialah sebab utama adanya kehidupan di bumi. Sinar matahari merupakan sumber energi utama dari sumber-sumber energi yang lain seperti angin, energi air dan lain-lainnya. Dan sumber energi sinar matahari ini berbeda dengan sumber-sumber energi yang lain, murni dan tidak berefek pada pencemaran lingkungan. Menurut Hassan Kamil Al Shabah, ilmuawan Libanon, manusia mulai merancang dan memberdayakan energi sinar matahari sekitar lebih dari 50 tahun lalu.
Matahari mempunyai fungsi yang sangat penting bagi bumi. Energi pancaran matahari telah membuat bumi tetap hangat bagi kehidupan, membuat udara dan air di bumi bersirkulasi, tumbuhan bisa berfotosintesis, dan banyak hal lainnya. Merupakan sumber energi (sinar panas). Energi yang terkandung dalam batu bara dan minyak bumi sebenarnya juga berasal dari matahari. Mengontrol stabilitas peredaran bumi yang juga berarti mengontrol terjadinya siang dan malam, tahun serta mengontrol planet-planet lainnya. Tanpa matahari, sulit dibayangkan kalau akan ada kehidupan di bumi. Dimanfaatkan sebagai energi alternatif. Sel surya dan panel surya dapat menghasilkan energi listrik.
Adapun mamfaat sinar matahari pagi yang secara khusus disumpahkan oleh Allah SWT, sebagai berikut:
*
Sinar matahari merupakan sumber energi utama bagi bumi dan makhluk yang tinggal di dalamnya, bahkan seluruh tumbuh-tumbuhan memerlukan matahari agar bisa tumbuh. Menurut hasil penelitian ditemukan bahwa sinar matahari paling bermanfaat antara pk. 05.30 - 09.00 pagi, dimana udara dari hasil fotosintesis tanaman pada saat-saat itu terasa segar dan menyehatkan.
*
Sumber Vitamin D: Sejumlah besar simpanan kolesterol tubuh terdapat di bawah kulit. Pada waktu berkas sinar ultraviolet disaring di kulit, ia mengubah simpanan kolesterol ini menjadi vitamin D. Menghadapkan sebagian dari tubuh ke sinar matahari selama 5 menit memberikan 400 IU (international unit) vitamin D. Manusia membutuhkan 400 IU perhari menurut peraturan RDA (Recommended Dietary Allowances) di AS.
*
Mengurangi Gula Darah: Dengan mengubah kolesterol di bawah kulit menjadi vitamin D, tubuh akan memberikan peringatan kepada kolesterol yang ada dalam darah untuk keluar dari darah menuju ke kulit sehingga mengurangi kolesterol dalam darah.
*
Mengurangi Kolesterol Darah: Cahaya matahari mampu berperan sebagai insulin yang memberikan kemudahan penyerapan glukosa masuk ke dalam sel-sel tubuh. Ini merangsang tubuh untuk mengubah gula darah (glukosa) menjadi gula yang tersimpan (glikogen) yang tersimpan di hati dan otot, sehingga menurunkan gula darah.
*
Penawar Infeksi dan Pembunuh Bakteri: Matahari sanggup membunuh bakteri penyakit, virus dan jamur. Itu berguna untuk perawatan tuberkulosis (TBC), erisipelas, keracunan darah, peritonitis, pnemonia, mumps, asma saluran pernafasan. Bahkan beberapa dari virus penyebab kanker dibinasakan oleh sinar ultraviolet. Infeksi jamur, termasuk candida, bereaksi terhadap sinar matahari. Beberapa jenis bakteri di udara dibinasakan dalam 10 menit oleh sinar ultraviolet. Seorang ilmuwan menutup setengah dari piring batu yang dipenuhi dengan bakteri – setengah lainnya disinari matahari secara langsung. Bagian piring yang tertutup tetap dipenuhi bakteri, tetapi tidak ada yang tumbuh di setengah piring yang terbakar sinar matahari. Semua bakteri telah terbunuh. Jika Anda membuka lebar tirai dan jendela rumah agar sinar matahari masuk ke ruangan, maka setelah satu jangka waktu sinar matahari ini akan membunuh bakteri yang berada di debu jendela dan lantai, sehingga membuat rumah Anda menjadi tempat yang lebih sehat untuk didiami.
*
Meningkatkan Beberapa Jenis Kekebalan: Sinar matahari menambah sel darah putih terutama limfosit, yang digunakan untuk menyerang penyakit. Antibodi (gamma globulins) akan bertambah. Sepuluh menit di bawah sinar ultraviolet satu atau dua kali setiap minggu mengurangi potensi terserang flu antara 30 sampai 40 persen.Sinar matahari juga menjadi simbol pengharapan dan semangat yang mana banyak orang menjadikan waktu saat terbitnya matahari sebagi pertanda dimulainya kehidupan. Harapan dan semangat itu dicerminkan melalui keindahan sinar matahari yang mengintip disela-sela awan yang indah. Keindahan warna-warni sinar matahari seringkali menjadi objek yang coba ditangkap oleh para fotografer dan para pelukis untuk dapat mengabadikan suasana indah tersebut. Maha Suci Allah dalam firman-NYA: „Demi matahari dan sinarnya di pagi hari“, fakta ilmiyah menyatakan bahwa sinar matahari paling bermanfaat antara pk. 05.30 - 09.00 pagi, dimana udara dari hasil fotosintesis tanaman pada saat-saat itu terasa segar dan menyehatkan.
PASAL 2, BULAN SERTA SIFAT-SIFATNYA
Bulan adalah satelit alami bumi yang berukuran seperempat ukuran Bumi dan beredar mengelilinginya setiap 27.3 hari, pada jarak rata-rata 384,400 kilometer di bawah tarikan gravitasi Bumi.
Bulan tidak mempunyai sumber cahaya dan cahaya bulan sebenarnya berasal dari pantulan cahaya Matahari. Dan cahaya ini tidak memantul dari bumi. Tetapi kadang-kadang cahanya dari bumi juga. Jadi cahaya dari matahari langsung sampai ke bulan. Bulan mempunyai diameter 3,476 kilometer dengan gaya gravitasi hanya 0.16 = (1/6) gaya gravitasi bumi. Terbentuknya Bulan dipercaya berasal daripada obyek sebesar Mars yang menghantam Bumi lalu pecah. Inti obyek tersebut menghantam bumi, tetapi lapisan luar Bumi terpelanting dan terperangkap dalam orbit mengelilingi Bumi lalu membentuk Bulan.
Massa jenis Bulan (3, 4 g/cm2) adalah lebih ringan dibanding massa jenis Bumi (5, 5 g/cm2), sedangkan [massa] Bulan hanya 0.012 massa Bumi.
Bulan yang ditarik oleh gaya gravitas bumi tidak jatuh ke Bumi disebabkan oleh gaya sentrifugal yang timbul dari orbit Bulan mengelilingi bumi. Besarnya gaya sentrifugal Bulan adalah sedikit lebih besar dari gaya tarik menarik antara gravitasi Bumi dan Bulan. Hal ini menyebabkan Bulan semakin menjauh dari bumi. Kecepatan Bulan menjauh dari Bumi sekitar 3, 8 cm/ tahun dan akan semakin cepat dimasa yang akan datang sampai terlepas dari orbit Bumi.
Bulan hanya bisa dilihat dari satu sisi permukaan jika diamati dari Bumi. Hal ini disebabkan oleh karena kala rotasi bulan adalah sama dengan kala revolusi (orbit) bulan mengelilingi bumi yaitu 27,32 hari.
Di bulan tidak terdapat udara ataupun air, hanya banyak kawah yang terhasil di permukaan bulan disebabkan oleh hantaman komet. Ketiadaan udara dan air di bulan menyebabkan hakisan tidak berlaku dan ada di antara kawah di bulan yang berusia berjuta tahun dahulu dan masih utuh. Di antara kawah terbesar di bulan adalah Clavius bergaris pusat 230-kilometer dan sedalam 3.6 kilometer. Ketidakadaan udara juga menyebabkan tidak ada bunyi dapat terdengar di Bulan.
Asal usul : Asal - usul bulan tidak diketahui secara pasti, tetapi ilmuan menemukan bukti besar bahwa Bulan berasal dari tubrukan bumi dengan planet kecil yang bernama theira sekitar 3 milyar tahun yang lalu, dan menghasilkan debu yang berjumlah sangat banyak dan mengorbit di sekeliling bumi dan akhirnya debu mengumpul menjadi bulan. Pada awalnya jarak bulan pada pertama kali hanya sekitar 30.000 mil atau 15 kali lebih dekat dari jarak Bulan dengan Bumi sekarang. Dari hasil penelitian Bulan menjauh sekitar 3,8 cm per tahunnya.
Bulan adalah tetangga terdekat Bumi dalam antariksa. Bulan juga benda paling cemerlang dalam langit malam, bukan karena terdiri dari gas menyala seperti matahari, melainkan karena memantulkan cahaya matahari. Pada beberapa malam bulan berupa bola sempurna ynag bercahaya, sedangkan pada malam lainhanya berupa sepotong perak. Namun demikian bentuk dan ukuran bulan tak berubah. Yang berubah hanyalah penampakkannya, sepadan dengan bertambah dan berkurangnya permukaan bulan yang disinari matahari. Perubahan penampakan bulan disebut fase.
Tatkala bulan berada diantara Bumi dan Matahari, sisinya yang gelap menghadap ke Bumi, sehingga bulan tidak tampak. Fase gelap Bulan ini dinamakan Bulan Muda.
Segera sesudah bulan muda, bulan sabit yang mirip benang terlihat di langit barat sesudah matahari tenggelam. Sabitnya menjadi semakin lebar hari demi hari hingga menjadi Bulan separuh. Bulan dikatakan mengembang bila ukurannya nampak bertambah besar. Fase ini disebut pekan pertama. Kira-kira tujuh hari sesudah pekan pertama, atau 14 hari sesudah bulan muda, bulah telah berpindah ke suatu titik, sehingga bumi terletak diantara bulan dan matahari. Seluruh sisi bulan yang diterangi matahari menjadi nampak; fasa ini dinamakan bulan purnama. Bulan purnama ini tepat berlawanan dengan bulan muda. Bulan terbit pada langit sore di timur dan tenggelam di barat sekitar matahari terbit.
Sesudah bulan purnama, bulan mulai menyusut (menjadi lebih kecil), melewati tahap bulan separuh, yang disebut pekan terakhir, dan akhirnya kembali fasa bulan muda. Bulan separuh yang bertambah besar disebut bulan separuh yang sedang menggembang. Bulan yang menciut disebut bulan separuh yang lagi menyusut.
Bulan memerlukan 29½ hari untuk menamatkan satu peredaran mengelilingi Bumi. Bulan berjalan bersama bumi selama bumi mengedari matahari. Namun sewaktu terbit dan tenggelam gerakannya seolah-olah dari timur ke barat, karena putaran bumi lebih cepat daripada peredaran bulan mengelilingi bumi. Berikut kita kaji sifat-sifat bulan:
BULAN MENGIKUTI MATAHARI :
Pada kajian yang lalu kita telah menjelaskan Matahati, yaitu sistem orbit planet-planet anggota bima sakti yang berjumlah 8 planet di dalamnya terdapat bumi hunian kita, sekarang kita mengkaji Bulan. Bulan seperti planet juga, hanya dia mengitari bumi disebut satelit alami bumi.
Allah bersumpah “Demi bulan” sebanyak tiga kali di dalam Al Qur’an, Yang Maha Kaya dari apa yang disumpahkan, Dia-lah yang menciptakan bulan. Bulan berpungsi menerangi bagian bumi ketika matahari berada dibagian lainnya. Al Qur’an telah mengisyaratkan peristiwa ajaib ini 14 abad yang lalu, sebelum munculnya sains modern. Sebelum mengkaji lebih mendalam simbol Bulan ini, penulis ingin mengetengahkan pendapat-pendapat ahli tafsir :
Pendapat ahli Tafsir tentang ayat ini :
Allah SWT bersumpah “Demi bulan apabila mengiringinya (matahari)”, menurut Ibnu Katsir, mengutif bendapat: Mujahid, “talaha = taba’aha” (mengikutinya), pendapat Ibnu Abbas, “talaha = yatlu annahar” (menggantikan siang), pendapat Qatadah, “talaha = idza talaha lailata al hilali idza saqathat asy syamsu raat al hilala” (apabila mengikuti purnama, jika terbenama matahari muncul purnama), pendapat Ibnu Zaid, “talaha = huwa yatluha fin nishfi al awwali min asy syahri, tsumma hiya tatluhu wa huwa yataqaddamuha fin nishfi al akhiri min asy syahri” (bulan mengikuti matahari pada paruh pertama hitungan bulan, kemudian matahari mengikuti bulan, yaitu mendahuluinya pada paruh terakhir hitungan bulan).
Menurut As Suyuthi (tafsir Jalalain): “talaha = taba’aha thaali’an enda ghurubiha” (muncul ketika matahari terbenam, sinar bulan tidak nampak kecuali setelah terbenam matahari).
Hakikat Sains Kontemporer :
Sumpah Allah demi bulan apabila mengikuti matahari: Karena Bumi berputar pada porosnya dari barat ke timur setiap 1/24 jam, maka matahari nampak setiap hari pada bagian timur, dan tersembunyi di bagian barat. Di sisi lain, karena perbedaan peredaran bulan mengelilingi bumi terhadap orbit bumi mengelilingi matahari sekitar (5 derajat, dan 8 menit), maka peredaran yang nampak bagi matahari dan dan bulan di langit dari titik timur ke titik barat nampak berdekatan.
Di samping peredaran bumi pada porosnya, sesungguhnya bulan bergerak ke arah timur kira-kira 1 derajat/ jam (360 derajat/ 30 hari = 12 derajat setiap 1/24 jam = setengah derajat/ jam). Dan matahari bergerak sekitar 1 derajat/ hari atau setiap 24 jam (360 derajat/ 365.25 hari). Dengan demikian bulan selalu kejaran dengan matahari dan selalu ketemu sekali dalam sebulan, dan lahirlah purnama baru di ufuk barat setelah beberapa saat terbenam matahari. Kita masih akan kembali membahas fase bulan pada pasal berikut (tentang bulan purnam).
Nah, apa rahasia sumpah Allah “Demi bulan apabila mengiringi matahari” ?:
Fakta sains mengungkapkan bahwa bulan mengelilingi bumi selama (27 hari, 7 jam, 43 menit, 11,6 detik), dipihak lain bumi beredar pada porosnya dan mengelilingi matahari. Maka dengan demikian bulan membutuhkan tambahan waktu sekitar 2 hari lagi untuk kembali keposisinya semula. Hingga hitungan bulan bersama tambahan tersebut (29 hari, 12 jam, 44 menit, 2,9 detik), menurut hitungan normal.
Sedangkan menurut calender lunar, hitungan hari sempurna di mulai pada terbenamnya matahari (ketika hari nampak bulan/ cuaca baik setelah terbenam matahari), jumlah harinya antara 29 atau 30 hari. Oleh karena bulan berputar dari arah barat ke timur, maka waktu terbenamnya terlambat sekitar 40 sampai 50 menit setiap hari (yaitu hari berikutnya), berdasarkan keadaan garis partikal dan horisontal.
Dan pada hari ke-29 bulan terkadang terbenam mendahului matahari, maka susah melihat bulan. Dan kadang pula terbenamnya setelah terbenam matahari, maka bulan akan nampak di langit sampai terbenam, tentunya berdasarkan keadaan cuaca pada saat terlihat bulan tersebut.
Bulan memiliki beberapa macam peredaran, asli dan fiktif, dapat disimpulkan, sbb:
Peredaran asli bulan:
1.
Bulan beredar pada porosnya sekali dalam satu bulan (calender hijriah).
2.
Bulan berputar mengelilingi bumi selama 29,5 hari hitungan bumi ( 27,3 hari hitungan bintang).
3.
Bulan bersama bumi berputar mengelilingi matahari dengan kecepatan sekitar 30 KM/ detik, selama 12 bulan (satu tahun hitungan matahari).
4.
Bulan bersama anggota tata surya beredar pada porosnya di pusat galaksi kita (galaksi bima sakti), selama sekitar 250 juta tahun hitungan bumi.
5.
Bulan bersama galaksi bima sakti kita dan kelompok galaksi-galaksi lainnya di angkasa raya berputar pada lintasan raksasa, hingga hari yang akan ditentukan oleh Allah SWT.
Peredaran fiktif:
1.
Bulan nampak beredar mengelilingi bumi sekali dalam satu hari, karena peredaran bumi pada porosnya.
2.
Bulan beredar pada porosnya sekali dalam satu bulan.
3.
Bulan beredar setiap tahun dari satu rasi bintang ke rasi bintang yang lain di langit.
Sungguh Maha Penyayang Allah, kita tidak merasakan kegelapan total dengan terbenamnya matahari dibagian bumi kita, Allah menggatikan kita dengan bulan dan bintang-bintang menerangi kegelapan bumi. Dengan terbenamnya matahari di malam hari, sinarnya masih bisa sampai ke bumi terpantul dari permukaan bulan, yaitu sinar tidak mengandung panas dan dapat menyaksikan cahaya keadaan bulan berdasarkan fasa-fasanya, dari lahir sampai mati.
Berkat kedekatan bulan ke bumi, pengaruhnya dalam menerangi kegelapan malam melebihi bintang-bintang, yang hanya bisa memberikan penerangan dalam skala kecil saja. Maka dengan peranan bulan yang sedemikian besar ini, Allah SWT menyifatkan dalam ayat ke-2 surah Asy Syams, yang sedang kita kaji ini, sebagai «Bulan mengiringi Matahari» pada peredaran masing-masing di sisi bumi. Ini adalah sebuah kenyataan ilmiyah yang tidak dicapai sains modern kecuali setelah 14 abad turunnya Al Qur’an. (Wallahu A’lam).
BULAN PURNAMA DAN BENCANA ALAM :
Bulan purnama adalah keadaan di mana Bulan nampak bulat sempurna dari Bumi. Pada saat itu, Bumi terletak hampir segaris di antara Matahari dan Bulan, sehingga seluruh permukaan Bulan yang diterangi Matahari terlihat jelas dari arah Bumi.
Kebalikannya adalah saat bulan mati, yaitu di mana Bulan terletak pada hampir segaris di antara Matahari dan Bumi, sehingga yang 'terlihat' dari Bumi adalah sisi belakang Bulan yang gelap, alias tidak nampak apa-apa.
Di antara kedua waktu itu terdapat keadaan bulan separuh dan bulan sabit, yakni pada saat posisi Bulan terhadap Bumi membentuk sudut tertentu terhadap garis Bumi - Matahari. Pada saat itu, hanya sebagian permukaan Bulan yang disinari Matahari yang terlihat dari Bumi.
Semua informasi diatas penulis sadur dari sumber «Wikipedia Indonesia», kaitannya dengan kajian kita dari ayat ke-18 surah Al Insyiqaq (terbelah), Allah bersumpah “Demi bulan apabila jadi purnama”. Penulis akan selalu mengulangi bahwa setiap kali Allah bersumpah di dalam Al Qur’an atas nama makhluknya, sesungguhnya dalam sumpah tersebut mengandung warning akan adanya sebuah peristiwa besar dari gejala alam yang di sumpahkannya, agar manusia selalu berpikir dan kembali mengingat-Nya.
Fakta ilmiyah mengungkapkan bahwa bulan mempunyai peranan besar terhadap terjadinya berbagai bencana alam di bumi terutama gempa, bahkan gempa sering terjadi pada bulan purnama atau bulan mati. Sungguh Suci Allah dari segela yang disumpahkan.
Sederhananya, gempa, tsunami dan juga letusan gunung berapi merupakan kegiatan yg bersifat “seketika” atau tiba-tiba dan dipicu oleh sebuah “trigger” berupa perubahan kecil. Gunung berapi misalnya mungkin didahului dengan gejala-gejala lain sebelum benar-benar erupsi (meletus), baik erupsi effusive (seperti aktifitas gunung Merapi) maupun eksplosif (meletusnya Pinatubo, atau Krakatau dan Tambora). Namun gempa dan tsunami sangat sulit diprediksi dan keduanya bersifat lebih mendadak ketimbang gunung berapi. Namun semuanya sangat dipengaruhi oleh kondisi grafitasi bumi pada saat itu.
Sudah cukup banyak penelitian yang membuktikan adanya hubungan antara terjadinya gempa-gempa besar dengan pasang surut (tide). Memang tidak selalu kondisi pasang-surut maksimum menyebabkan terjadinya gempa. hanya saja pada saat bulan purnama atau bulan mati peluang terjadinya gempa sangat besar. Berikut ini beberapa catatan statistik tentang peristiwa-peristiwa bencana alam di tanah air sehubungan dengan bulan purnama dan bulan mati:
1.
Gempa Alor (12/11 2004 terjadi menjelang bulan baru (28 Ramadhan 1425).
2.
Gempa Nabire (26/11 2004 terjadi menjelang purnama 13 Syawal 1425.
3.
Gempa Aceh (26/12 2004 terjadi saat purnama 14 Dzulqaidah 1425.
4.
Gempa Simeulue (26/2 2005) terjadi setelah purnama (16 Muharam 1426.
5.
Gempa Nias (28/3 2005) setelah purnama (17 Safar 1426).
6.
Gempa Mentawai (10/4 2005) terjadi pada bulan baru (1 Rabiul Awal 1426=.
7.
Gempa Yogya (27/5 2006) terjadi menjelang bulan baru (29 Rabiuts Tsaniah 1427). (Lihat: ANTARA NEWS: 23/05/2007).
Apa pengaruh bulan terhadap aktifitas bencana alam?
Bulan sangat mempengaruhi pasang surut, pasang surut ini tentu saja mempengaruhi gaya gravitasi bumi dan merubah berat benda. Teori terjadinya gempa, misalnya, sering disebut “elastic rebound” atau proses pelentingan. Seperti ketapel bila dilepas maka karet akan melentingkan batu didalamnya. Demikian juga dengan gempa akibat tekanan pergeseran lempeng tektonik yang tertahan maka efeknya seperi karet yang tertahan. Nah, penahan ini sangat dipengaruhi oleh beratnya sendiri, dimana berat benda tentunya tergantung dari grafitasinya. Astronot bias melanyang di angkasa karena grafitasi sangat kecil, sebenarnya grafitasi di bumi juga berfluktuasi sesuai dengan adanya bulan (daya tarik bulan) dan juga tentunya matahari. (Lihat gambar di bawah).
LALU, apa maksud peringatan Allah dari sumpah «demi bulan apabila purnama» ini ?
Pada zaman dahulu setiap bulan purnama sering diadakan upacara khusus diikuti dengan sesajian untuk menolak bala (bencana), namun dengan Al Qur’an kita tahu bahwa dengan sesajian-pun tidak akan menolong dari terjadinya gempa. Justru mungkin dengan kewaspadaan dibulan purnama ini yang menjadi hikmah mengapa dibulan purnama manusia harus memberikan perhatian khusus.
Sebagai umat islam, setiap melihat fenomena alam, terutama yang di dahului warning berupa sumpah dari Allah SWT seperti di ayat yang kita kaji ini, yaitu dampak pengaruhnya sangat besar, kita diharuskan waspada dan selalu berpikir tentang kekuasaan Allah. Sesungguhnya pada setiap fenomena terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah.
Kalau kita sudah mengetahui rahasia peringatan Allah yang ada pada sumpah «demi bulan apabila purnama» ini, maka langkah yang harus dilakukan adalah :
*
Selalu memikirkan ciptaan Allah (dilangit maupun di bumi) dan mengagumi kekuasaannya, seraya melantunkan firman-Nya : «Tuhan kami Enkau tidak-lah menciptakan hal ini sia-sia, Maha Suci Enkau maka hindarkanlah kami dari api neraka».
*
Meneliti dan mengetahui di mana daerah-daerah «matang» (rawang) yang menunjukkan gejala bencana alam, dan mengadakan penanggulangan dini serta tidak merusak lingkungan.
*
Memperhatikan kondisi pasang surut.
*
Dan tidak perlu takut bahkan fobia terhadap bulan purnama, tapi perlu waspada pada saat bulan purnama seraya mendekatkan diri di sisi Allah.
*
«Katakan-lah bahwa kita tidak akan ditimpakan (bencana) kecuali hal itu sudah ditentukan oleh Allah».
(Wallahu A’lam)
PASAL 3, BUMI DAN SIFAT-SIFATNYA
Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan usianya mencapai 4,6 milyar tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta kilometer atau 1 AU (ing: astronomical unit). Bumi mempunyai lapisan udara (atmosfer) dan medan magnet yang disebut (magnetosfert) yang melindung permukaan Bumi dari angin matahari, sinar ultraungu, dan radiasi dari luar angkasa.
Lapisan udara ini menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer. Lapisan udara ini dibagi menjadi Troposfer, Staratosfer, Mesosfer, Termosfer, dan Eksosfer.
Lapisan ozon, setinggi 50 kilometer, berada di lapisan Staratosfer dan Mesosfer dan melindungi bumi dari sinar ultraungu. Perbedaan suhu permukaan bumi adalah antara -70°C hingga 55°C bergantung pada iklim setempat. Sehari di dibagi menjadi 24 jam dan setahun di bumi sama dengan 365, 2425 hari. Bumi mempunyai Massa seberat 59.760 milyar ton, dengan luas permukaan 510 juta kilometer persegi. Berat jenis Bumi (sekitar 5.500 kilogram per meter kubik) digunakan sebagai unit perbandingan berat jenis planet yang lain, dengan berat jenis Bumi dipatok sebagai 1.
Bumi mempunyai diameter sepanjang 12.756 KM. Grafitasi Bumi diukur sebagai 10 N kg-1 dijadikan unit ukuran grafitasi planet lain, dengan grafitasi Bumi dipatok sebagai 1. Bumi mempunyai 1 satelit alami yaitu Bulan. 70,8% permukaan bumi diliputi air. Udara Bumi terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air, karbondioksida, dan gas lain.
Bumi diperkirakan tersusun atas inti dalam bumi yang terdiri dari besi nikel beku setebal 1.370 kilometer dengan suhu 4.500°C, diselimuti pula oleh inti luar yang bersifat cair setebal 2.100 kilometer, lalu diselimuti pula oleh mantel silika setebal 2.800 kilometer membentuk 83% isi bumi, dan akhirnya sekali diselimuti oleh kerak bumi setebal kurang lebih 85 kilometer.
Kerak bumi lebih tipis di dasar laut yaitu sekitar 5 kilometer. Kerak bumi terbagi kepada beberapa bagian dan bergerak melalui pergerakan tektonik lempeng (teori Continental Drift) yang menghasilkan gempa bumi.Titik tertinggi di permukaan bumi adalah Gunung Everest setinggi 8.848 meter, dan titik terdalam adalah Palung Mariana di Samuder Pasifik dengan kedalaman 10.924 meter. Danau terdalam adalah Danau Titicaca, dan laut terbesar adalah Laut Kaspia.
Demikian sekedar gabaran tentang bumi dari sumber Wikipedia berbahasa Indonesia dan beberapa sumber lain terpisah-pisah. Kaitannya dengan ayat ke-6 surah Asy-Syams yang kita kaji ini, Allah bersumpah: “Demi bumi dan penghamparannya». Dan “Demi bumi yang mempunyai retakan-retakan” pada ke-12 surah Ath-Thaariq:
1. Bumi Terhampar:
Allah SWT Bersumpah:
Sifat-sifat bumi :
Ayat ke-6 dari surah Asy-Syams ini sangat agung karena Allah SWT Bersumpah demi fenomena bumi dan sifatnya, sebagaimana telah penulis telah berulang-ulang menjelaskan pada kajian-kajian sebelumnya bahwa apabila Allah Bersumpah atas nama makhluk-NYA pasti-lah yang disumpahkan tersebut memiliki keistimewaan khusus. Pada kajian baru lalu diatas telah dijelaskan tentang keistimewaan bumi, sekarang penulis akan mencoba mengkaji tentang sifat bumi :
Untuk memahami ayat ”Demi bumi dan penghamparannya” pada kajian ini, penulis cenderung mengomentari sifat-sifat bumi yang lain tersebut diberbagai tempat di dalam Al Qur’an, karena ayat-ayat Al Qur’an saling menafsirkan satu sama lain - dikenal dengan Tafsir Al Qur’an bil-Qur’an -.
Selain bumi bersifat terhampar sebagaimana pada ayat kajian, bumi juga disifati beberapa sifat dan keistimewaan-keistimewaan lain, seperti: Bumi itu datar, tersedia diatasnya jalan-jalan, memudahkan kehidupan dipermukaannya dan stabil, Firman Allah : “Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan, dan gunung-gunung sebagai pasak” (Q.S: An-Naba’: 6-7).
Dan sebagian dari bumi itu kering apabila disirami hujan maka hidup dan suburlah bumi itu serta tumbuh berbagai jenis flora, Firman Allah : “…dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan hujan dipermukaannya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah” (Q.S: Al-Hajj: 5).
Serta sebahagian lagi bumi itu ada yang tandus tidak dapat tumbuh jenis tanaman dan rumput-rumputan, Firman Allah : “Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa Kami mengontrol (awan yang mengandung hujan) ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tabaman-tanaman yang dari padanya (dapat) makan binatang-binatang ternak mereka dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan?” (Q.S: As-Sajadah: 27).
Dan sifat-sifat yang lain sebagaimana tertera pada ayat-ayat berikut:
*
“Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk (NYA)” (Q.S: Ar-Rahman: 10).
*
“Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu” (Q.S: Al-Baqarah: 22).
*
“Dan bumi itu Kami hamparkan; maka sebaik-baik yang menghamparkan (Adalah Kami)” (Q.S: Az-Zariyat: 48).
*
“Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan hujan dari langit. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam” (Q.S: Thaha: 53).
*
“Atau siapakah telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan menjadikan sungai-sungai dicelah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan)nya…” (Q.S: An-Naml: 61).
*
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah Sebahagian dari rezkinya…” (Q.S: Al-Mulk: 15).
*
“Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan” (Q.S: Nuh: 19).
*
“Bukankah Kami menjadikan (tempat) berkumpul” (Q.S: Al-Mursalat: 25).
Ayat-ayat diatas menunjukkan pada tiga fakta utama: Pertama, tentang pembentukan bumi pada tahap awal, kedua, diberdayakan oleh Allah SWT untuk mempersiapkan kehidupan diatas permukaannya – khususnya kepada umat manusia – dengan dijadikan-NYA bumi sebagai hamparan, rehatan, tempat berdiam dan dijadikan langit yang membentang diatasnya sebagai sebuah bangunan yang kokoh, saling terkait satu sama lain dan tertutup rapat melindungi bumi dari segala benda-benda langit yang setiap saat mengancamnya. Dan fakta ketiga, diturunkannya air dari awan sehingga subur dapat ditanami dan mengembang-biakkan serta buat kehidupan.
2. Bumi Mempunyai Retakan:
Allah SWT Bersumpah:
Ayat ini sangat agung karena Allah bersumpah demi bumi dan penomena geologi yang dahsyat yaitu ash-shada’ (belahan atau retakan[1].
Semenjak dari awal abad ke-20 ahli geologi telah mengamati bahwa kulit bumi dan lapisan-lapisan dibawahnya tidak-lah terdiri dari satu petak saja, tetapi terdiri dari lempengan-lempengan. Dan lempengan-lempengan tersebut dipisahkan satu sama lain dengan retakan besar yang kadang panjangnya mencapai ribuan kilo-meter. Maka mulailah menggariskan peta khusus dengan jaringan retakan atau belahan-belahan menggambarkan lempengan-lempengan tersebut.
Namun yang sangat menakjubkan mereka menemukan retakan raksasa, pengamat geologi telah menemukan retakan di bumi yang panjangnya lebih dari 40.000 km, dan menamakan dengan rantai api (Pacific Ring of Fire). Ratai ini terdapat di dasar perairan samudera Pasifik terbentang sepanjang pantai barat Amerika melewati Alaska kemudian Jepang, Filipina, Indonesia seterusnya melalui samudera Pasifik bagian selatan-barat daya dan New Seland.
Bahwa aktifitas gempa pada jalur ini terjadi akibat benturan lempengan-lempengan bumi satu sama lain. Ahli geologi menegaskan bahwa 90 % dari gunung berapi dunia terpusat pada rantai ini, sebagaimana 90 % aktifitas gempa bumi dunia terpusat di rantai tersebut (menurut Pusat Geologi Amerika USGS).
Rantai ini merupakan retakan bumi terpanjang di dunia, yaitu merupakan daerah-daerah paling berbahaya atau dalam istilah pakar geologi Penomena Geologi yang aneh dan langkah di permukaan bumi. Oleh karena itu Allah menceritakan retakan ini kepada kita dan bahkan bersumpah dengan penomena alam yang tidak diketahui oleh manusia waktu dan sebelum turunnya Al Qur’an. Maha Benar Allah dalam Firman-NYA : «demi bumi yang mempunyai retakan» (QS : Ath-Thaariq : 12).
Retakan-retakan Bumi Membentuk Benua:
Berkat proses pelepasan, pendekatan dan pemisahan yang terjadi pada lempengan-lempengan lithosphere pada dasar samudera yang selalu berkesinambungan, bahkan terjadi juga pengikisan pada pinggiran, perantara dan tengah benua-benua, misalnya laut merah melebar 3 Cm/ tahun, belahan teluk California sekitar 6 Cm/ tahun. Dan akibat benturan lempengan India dan Eropa-Asia setelah terjadi kerapuhan lempengan kedua samudera tersebut maka terbentuklah pegunungan Himalaya yang merupakan puncak paling tinggi dipermukaan bumi.
Adalah retakan-retakan yang memecah lapisan bumi bagian dasar perairan panjangnya mencapai ribuan Km dari segala penjuru, dan yang bagian paling dalam mencapai 65-150 Km merupakan ciri khas yang paling menonjol bagi bola bumi. Retakan-retakan ini belum ditemukan kecuali setelah perang dunia II, dan disosialisasikan sebagai teori lempengan bumi yang mulai di peta-kan pada akhir tahun 60-an dan awal 70-an dari abad ke-20.
Retakan-retakan ini menciptakan jaringan dari kawasan-kawasan retakan tersebut meliputi bola bumi. Sepanjang retakan ini terjadi proses (pelepasan, pendekatan dan pemisahan) antara lempengan-lempengan lithosphere satu sama lain. Sebagaimana juga retakan-retakan tersebut merupakan saluran pembuangan panas yang tersimpan dibawah lapisan lithosphere (secara berkesinambungan dan damai) untuk menetralisir terjadinya penumpukan lumpur panas. Cairan terakhir ini meningkat disebabkan oleh kurangnya ketebalan pada beberapa tempat panas pada kedalaman lapisan luar bumi, kemudian menurun lagi setelah pendinginan yang menyebabkan terjadi pembentukan aliran pembawa panas (connection currents), Dan tegangan ini mengakibatkan pada gerakan lempengan-lempengan lithosphere dan pergerakan tersebut menciptakan proses (pelepasan, pendekatan dan pemisahan) tadi, yaitu terjadi pelepasan pada bagian yang tinggi aliran pembawa panas dan terjadi pendekatan pada bagian yang rendah.
Dahulu kala dalam perut bumi lebih jauh panas dari pada sekarang karena adanya penumpukan materi-materi sejenis bara api, seperti U235 dan K40 dalam skala sangat besar dan ditambah aliran pembawa panas yang super cepat sehingga menyebabkan percepatan aktifitas semua fenomena yang menyertainya dari aktifitas gunung berapi, gempa, pergerakan lempengan-lempengan lithosphere, gerakan yang menyebabkan pembentukan pegunungan dan benua atau dikenal dengan (ocean-continent cycle) atau (geosynclinal/mountain-building aycle) pada fase ini terjadi penyerapan gas (outgassing) dari lapisan udara dan air.
Benua-benua pada sekitar 500 juta tahun lalu berada pada tempat yang berbeda dengan posisinya sekarang, adalah aliran pembawa panas yang menggerakkan benua-benua baru ini sehingga terpecah satu sama lain pada sekitar 200 juta tahun lalu; Tadinya hanya ada satu benua raksasa saja dinamakan para ahli dengan Pangea dan satu samudera raksasa dinamakan Panthalassa.
Lapisan lithosphere mencegah pengendapan panas di dalam perut bumi, dan aliran panas yang tertahan menyebabkan terjadinya retakan-retakan besar pada belahan benua induk dan semakin membesar dengan perjalanan waktu sehingga terpisah antara bagian utara Amerika dan utara Afrika sejak 180 juta tahun lalu, dan diantaranya dan Eropa pada 150 tahun lalu, kemudian terpisah Amerika Selatan dari Afrika sejak 110 tahun lalu, serta memisahkan Greenland dari Norwegia sekitar 65 tahun lalu ketika itu mulai terbentuk Iceland. Dan pada awal pemisahan ini, perairan mulai berbentuk seperti teluk yang disebut para ahli dengan Tethys yang mengalir perlahan-lahan diatas Benua Pengea membelahnya menjadi dua benua besar, satu dibagian utara disebut Luarasia dan disatunya lagi di selatan disebut Gondwana. Dari rentetan pemisah dari retakan-retakan bumi ini maka terjadilah benua-benua yang kita kenal sekarang ini.
Retakan-retakan Bumi Faktor Penting Kehidupan:
Dari Penjelasan diatas diketahui bahwa jaringan raksasa dari system retakan-retakan yang meliputi bola bumi berkisar puluhan ribu kilo-meter dari seluruh penjuru menyebabkan pemecahan lithosphere kepada lempengan-lempengan (besar-sedang dan kecil) adalah merupakan cirri khas bumi yang paling istimewa, tanpa proses tersebut tidak mungkin tersedia kehidupan di bumi kita.
Sebabnya karena retakan-retakan tersebut dahulu kala dan masih berfungsi sampai sekarang sebagai penyerap gas dari lapisan udara dan air bola bumi, sebagaima juga berfungsi pada pembentukan dan pemisahan benua, pembentukan pegunungan dan memperkaya lapisan bumi dengan kandungan besi baru secara teratur serta menggerakkan lithosphere. Dan seterusnya melepaskan panas di dalam perut bumi secara berkala. Ini sebuah kenyataan ilmiyah yang pasti – yang menggambar suatu keserasian sempurna tentang eksestensi keberadan bola bumi dan selanjutnya keberadaan kita diatas permukaannya – tentu sangat pantas diabadikan di dalam Al Qur’an sebagai suatu tanda-tanda bagi Pencipta-NYA.
Fenomena langkah ini tidak menjadi perhatian para ahli geologi kecuali setelah perang dunia II, dan belum banyak diketahui hingga akhir tahun 60-an dan awal 70-an abad ke-20. Tetapi jauh sebelumnya semenjak 14 abad lalu Al Qur’an telah memproklamirkannya dan menjadikan sebagai salah satu tanda-tanda kekuasaan Pencipta-NYA, serta kebenaran kenabian penghulu kita nabi besar Muhammad SAW. Wallahua’lam....
Catatan:
1.
Al Qur’an terjemahan Indonesia, menerjemahkan ayat ini: “Demi bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan”, merujuk dari penafsiran bahwa petani apabila menanam biji di dalam tanah kemudian menutupi dan menyiram dengan baik, maka tunas-tunas halus warna hijau akan keluar dari biji-bijinya dan muncul dari selah-selah retakan tanah
PASAL 4, LAPISAN BUMI (PARTIKEL DEBU DAN AIR)
Pada dua ayat dari surah Adz-Dzariyat di atas Allah SWT bersumpah -- Yang Maha Kaya dari segala Sumpah-SumpaNya: “Demi (angin) yang menerbangkan partikel-partikel debu dengan sekuat-kuatnya, dan awan yang mengandung air”.
Fakta ilmiyah menerangkan bahwa sabuk cahaya yang terang tebalnya tidak mencapai 200 km di atas permukaan laut di separoh permukaan bumi yang menghadap ke matahari. Dan sabuk cahaya tipis dari lapisan gas bumi ini sangat ramah lingkungan, dan ketebalannya semakin berkurang setiap meningkat ketinggian di atas permukaan bumi. Sedangkan ketebalan akan bertambah meliputi partikel-partikel debu dan butir-butir air setiap mendekat kepermukaan bumi.
Dengan proses tersebut diatas dan ditambah dengan partikel-pertikel debu tadi membantu menyulut sumbu matahari, dan proses yang terjadi terus-menerus sehingga menampakkan warna putih gemerlap membedakan siang sebagai sumber cahaya yang timbul dari bagian bawah lapisan gas bumi pada separoh bagian yang menghadap ke matahari. Sementara sebagian besar alam semesta yang dapat dijankau diselimuti oleh kegelapan. Matahari nampak setelah melewati cahaya siang sebagai bola biru berlatar hitam pekat.
Oleh karena itu Al Qur’an Allah Berfirman: “Demi siang apabila menampakkannya (matahari)”, bahwa sianglah yang penyingkap matahari. Kita ada kajian khusus – Insya Allah -- pada Bab VI berikut tentang siang dan matahari ini.
Dari uraian diatas diketahui bahwa “partikel-partikel debu yang diterbangkan oleh angin dan butir-butir air yang dibawah oleh awan” mempunyai peranan sangat vital membantu sabuk cahaya siang yang berasal dari lapisan gas bumi menyulut sinar matahari. Dengan demikian diketahui pula bahwa sianglah yang menampakkan matahari, bukan matahari yang menampakkan siang sebagaimana diyakini manusia sebelum abad ke-20. Maha Besar Allah, telah mengungkapkan kenyataan alam semesta ini sejak lebih dari 14 abad yang lalu, yang tidak dijangkau oleh sains modern kecuali setelah paroh terakhir abad ke-20 lalu. WAllahua’lam…
Saturday, January 23, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment